ProfilKH Ali Maksum KH Ali Maksum bukan seorang tokoh asli dari Kota Gudeg Yogyakarta. Beliau merupakan seorang urban, pendatang dari Kota Lasem Rembang Jawa Tengah. Ayah beliau, KH. Maksum bin Ahmad Abdul Karim, adalah seorang Ulama Tradisional yang banyak mempunyai santri. Ibundanya bernama Hj. Nuriyah binti Muhammad Zein. KH. Ali Yahya Lasem terkenal tampan, berbadan tegap dan atletis. Bila sarung, sorban, dan kopiahnya dibuka beliau mirip bule Eropa, Amerika atau Australia. Tak heran kalau banyak wanita terpesona. Suatu hari beliau ada undangan mengisi pengajian di Jepara, saat di perjalanan mobil yang beliau tumpangi berhenti di sebuah lampu merah. Saat itu beliau duduk di samping sopir dengan melepas sorban dan kopiah yang dipakainya. Tiba-tiba seorang wanita muda, menor, dan seksi menghampirinya. Wanita penghibur itu mengira bila lelaki gagah dalam mobil adalah turis banyak duit yang sedang mencari kesenangan di Indonesia. “ Malam, Om. ” “ Malam. ” “ Ikut dong, Om. Boleh, ya…? ” “ Oh, boleh, boleh. Silakan masuk. ” Wanita muda itu bergegas masuk mobil. Pintu ditutup dan mobil mulai jalan. “ Mau ke mana, Om…? Butuh aku, gak….? Aku temenin sampai pagi ya, Om…? ” Sambil pakai lagi kopiah dan sorban Kiyai Ali santai menjawab, “ Oo, ini lho mau ngaji di Jepara. Ndak apa-apa, silakan ikut aja… ” Wanita itu kaget dan salah tingkah, “ Oh, jadi Bapak ini Kiyai, ya….? ” “Tadi panggil om sekarang panggil pak kiyai. Lucu, ya…. “ Kiyai Ali tersenyum geli. “ Maaf, Kyai, saya benar-benar tidak tahu. Sekali lagi maaf… ” Wanita itu kian tegang dan raut wajahnya pucat ketakutan. Tapi Kyai Ali santai saja berkata, “ Oo, ndak apa-apa. Santai saja, Mbak. Sekali-kali ikut pengajian bagus itu… ” “ Ndak usah Kyai, saya turun di sini aja….” “ Enggak bisa, pokoknya harus ikut. Tadi kan sampean bilang mau ikut, ya harus ikut… ” “ Tapi saya kang gak pakai jilbab, Kyai…? ” “ Gampang, nanti tak pinjem jamaah…. ” “ Tapi saya malu Kiyai…. ” “ Lho, sampean jadi pelacur ndak malu, kok pengajian malah malu. Piye to…? ” “ Bagaimana ini, Kyai…? ” Wanita itu makin salah tingkah, “ Saya takut, Kyai…? ” Tadi bilang malu sekarang katanya takut. Hehe.. Dengan bijak Kyai Ali menenangkan, “ Sudahlah, santai aja….” Mobil pun terus berjalan hingga akhirnya sampai ke tempat tujuan. Jepara. Suasana tempat diselenggarakannya acara pengajian sudah ramai. Para jamaah laki-laki dan perempuan memadati area tempat acara. Gegap gempita para panitia menanti kedatangan Kyai Ali. Begitu turun dari mobil Kyai Ali langsung menghampiri jamaah ibu-ibu, “ Maaf Bu, bisa pinjam jilbabnya. Ini lho, Bu Nyai lupa bawa jilbab. ” Bu Nyai adalah panggilan kehormatan yang biasanya disematkan pada istri kyai. Masa iya istri kyai lupa berjilbab. Hehe… Dengan sedikit bingung ibu itu menjawab tergesa-gesa, “ Oh, bisa Kyai. Sebentar saya ambilkan. ” Ibu itu bergegas pergi dan tak lama sudah kembali. Jilbab yang dibawanya itu di sodorkan ke dalam mobil dan langsung dipakai oleh sang wanita. Setelah rapi wanita itu turun dari mobil dan masya Allah… Langsung diserbu rombongan ibu-ibu untuk mencium tangannya. “Ngalap berkah,” katanya. Mendapati sambutan kehormatan seperti itu, wanita yang kini disulap jadi Bu Nyai langsung berwajah pucat. Ia dipersilakan masuk, dijamu, dan dilayani bagaikan seorang ratu. Ada haru campur malu menyelinap di hatinya. Pengajian pun digelar dengan seksama, Kyai Ali menjadi pembicara yang luar biasa, penyampaiannya ringan tapi dalam makna kandungannya. Usai acara Bu Nyai Dadakan dipersilakan menikmati jamuan rupa-rupa makanan. Lalu makan berat. Tapi sebelum makan rombongan jamaah ibu-ibu mohon didoakan keberkahan dari Bu Nyai Dadakan, sontak saja ia kaget setengah mati. Sudah lama tak berdoa, sudah lupa doa yang dulu dihafal waktu kecil ngaji di kampung. Untungnya masih ingat Rabbana Atina Fi Dunya Hasanah, Wa Fil Akhirati Hasanah.. Pun demikian sebelum pulang, jamaah ibu-ibu bergantian cium tangan dan diantar dengan hormat sampai masuk mobil. Selama perjalanan di mobil wanita penghibur itu menangis sedu sedan, sesenggukan dengan air mata bercucuran. Kyai Ali dan sopir membiarkannya hingga reda.. Setelah suasana agak tenang, Kyai Ali menasihati, “ Apakah sampean tidak melihat dan berpikir tentang bagaimana orang-orang tadi memperlakukanmu, menghormatimu, mengerumunimu, mengantarkanmu, dan rela juga mereka antri hanya untuk dapat mencium tanganmu satu demi satu, bahkan minta berkah doa darimu, padahal tahu sendiri kamu siapa…? ” Kembali sang wanita menangis, merasa hina, miris, dan sedih mengingat perbuatan dosa yang selama ini dilakukannya. Tapi Allah menutup aibnya, Allah sangat menyayanginya. “ Hari ini, ” lanjut Kyai Ali, “ Sampean dapat nasihat yang mungkin nasihat berharga selama hidupmu, maka segeralah taubat dan mohon ampun sama Allah. Jangan sampai nyawa merenggut sebelum taubat…” Tangisnya kian deras. Kyai Ali membiarkannya. Sambil terisak wanita itu berkata, “ Terimakasih Kyai atas nasihatnya, dan berkah dari kejadian ini. Mulai hari ini saya bertaubat dan berhenti dari pekerjaan bejat ini. Sekali lagi terimakasih Kyai…” Menyeksamai kisah ini berarti kita belajar bijaksana. Para ulama, pendahulu, dan guru kita para mubaligh berdakwah dengan baik dan bijak, mengajak tanpa menginjak, menasihati tanpa menyakiti, dan menunjukkan kebenaran tanpa merendahkan derajat kemanusiaan. Inilah salah satu telaga yang indah dan menyejukkan, yang menjadikan banyak orang tertarik dengan Islam. Semoga jadi pelajaran bagi kita untuk menyampaikan kebenaran dengan baik.
Beliauseorang putra dari ulama utara jawa tepatnya kota lasem Rembang jawa tengah yaitu KH Maksum. KH Maksum sendiri juga tercatat sebagai pendiri NU bersama para kiai Hasyim Asy'ari, KH Wahab Chasbullah dan lainnya. KH Ali beberapa tahun mondok di pesantren termas pacitan setelah sebelumnya belajar pada ayahnya sendiri.

Saat ini tengah booming penyebutan kata pelacur seiring dengan perseteruan antara salah seorang habib dengan artis ibu kota. Masalah semakin pelik karena masing-masing menyampaikan statemen di media sosial demi menyerang pihak lain. Dan hal tersebut ternyata diikuti sejumlah pengagum dan simpatisan kedua belah pihak. Muncullah kata-kata yang kurang sedap didengar, sebagai upaya menyudutkan pihak lain. Di salah satu postingan yang sudah beredar luas di media sosial memberikan jalan tengah’ dan gambaran. Yakni bagaimana menyikapi kalangan yang tidak diminati, bahkan dianggap sampah sekalipun. Bahkan ujung dari kisah berikut dapat menjadi pelajaran bahwa berdakwah hendaknya dapat dilakukan dengan santun, sehingga menyentuh kalangan yang melakukan pekerjaan buruk sehingga kembali ke jalan yang benar. Adalah KH Ali Yahya Lasem yang terkenal tampan, tegap dan atletis mirip bule. Suatu hari mendapatkan undangan pengajian di Jepara. Dalam perjalanan di kawasan lampu merah, mobil berhenti dan saat itu Kiai Ali duduk di samping sopir dengan melepas serban dan kopiah yang biasa dipakai. Tiba-tiba ada seorang pelacur menghampiri mobilnya. Dia mengira bahwa pria di mobil itu adalah turis. "Malam om,” ujar perempuan itu. “Malam,” jawab Kiai Ali. “Boleh ikut om?,” Kiai Ali Yahya menjawab Boleh-boleh, silakan masuk. Perempuan muda itu bergegas masuk pintu langsung ditutup dan mobil jalan kembali. Di dalam mobil, perempuan muda itu berkata “Mau kemana om, butuh aku gak? Aku temeni sampai pagi ya?” Kiai Ali menjawab dengan tenang sambil mengenakan kembali serban dan kopiahnya ”Ya, ini saya mau ngaji ke Jepara." Perempuan itu sontak kaget dan sadar kalau dia salah mangsa “Oh jadi bapak ini kiai ya?,” Kiai Ali lucu mendengarnya dari panggilan om berubah menjadi kiai. “Maaf kiai, saya tidak tahu,” lanjut perempuan itu yang semakin salah tingkah, pucat dan ketakutan. "Oh ndak apa-apa, santai saja mbak, sekali-kali ikut pengajian bagus,” jawab Kiai Ali santai. Perempuan itu langsung menjawab “Ndak usah kiai, saya turun di sini saja. "Ndak bisa. Tadi sampeyan bilang mau ikut, ya harus ikut,” jawab Kiai Ali. "Tapi saya malu kiai, saya tidak pakai jilbab." Kiai Ali menimpali dengan santai. ”Ndak usah malu, santai saja. Masalah jilbab gampang, nanti tak pinjemkan jamaah." Perempuan itu sudah kehabisan alasan. Begitu tiba di lokasi pengajian, Kiai Ali turun menghampiri jamaah ibu-ibu. ”Maaf bu, bisa pinjam jilbabnya? Ini lho, ibu nyai terburu-burtu ikut saya, sampai lupa tidak bawa jilbab.” Dalam hati jamaah ibu-ibu heran, masa ibu nyai lupa berjilbab? ”Sebentar saya ambilkan pak kiai,” jawab ibu-ibu itu bergegas pergi dan tidak lama kembali dan menyodorkan jilbab ke dalam mobil dan langsung dipakai oleh sang perempuan. Setelah rapi, perempuan itu turun dari mobil dan masyaallah langsung diserbu jamaah ibu-ibu untuk mencium tangannya. “Ngalap berkah,” kata mereka. Perempuan ini langsung disilakan masuk, dijamu dan dilayani sebagaimana ibu nyai. Ada haru campur malu menyelinap di hati dan membuatnya menjadi pucat karena mendapat kehormatan yang demikian besar menjadi ibu nyai dadakan. Setelah pengajian selesai, bu nyai ini dipersilakan untuk menikmati jamuan, dan ibu-ibu mohon doa keberkahan dari ibu nyai. Perempuan itu kaget setengah mati, karena sudah lama dia tidak berdoa bahkan shalatpun lama ditinggalkan. Untungnya dia masih ingat doa ringkas sapu jagat. Sebelum pulang, jamaah ibu bergantian mencium tangannya dan mengantar sang ibu nyhai dadakan itu masuk mobil. Selama perjalanan, perempuan itu menangis tersedu-sedu. Kiai Ali membiarkan hingga reda. Setelah suasana agak tenang, Kiai Ali menasihati. “Apakah sampean tidak melihat dan berpikir tentang bagaimana orang-orang tadi memperlakukan, menghormati, mengantarkan, dan rela juga antri hanya untuk dapat mencium tanganmu satu demi satu bahkan minta berkah doa darimu?" Kembali perempuan itu menangis dan teringat perbuatan dosa yang dilakukan. Tetapi Allah menutup aib, dengan demikian masih sangat menyayangi dirinya. “Hari ini,” lanjut Kiai Ali “Sampean dapat nasihat yang paling berharga selama hidup. Maka segeralah bertobat mohon ampun kepada Allah. Jangan sampai nyawa merenggut sebelum tobat.” Tangisan kian deras dan Kiai Ali membiarkannya. Sambil terisak wanita itu berkata ”Terima kasih kiai atas nasihatnya dan berkah atas kejadian ini. Mulai hari ini saya tobat dan berhenti dari pekerjaan ini. Sekali lagi terima kasih." Semoga kisah ini semakin meneguhkan kaum muslimin untuk tidak memandang rendah kepada pelacur sekalipun. Bila Tuhan berkehendak, mereka yang dalam keseharian berlumuran dosa pada akhirnya akan kembali menjadi muslim yang baik. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat, dan jangan pernah memandang serta memperlakukan jelek kalangan lain. Wallahu a'lam.

Seorangwanita terpandang, puteri gurunya, K Abu Bakar bin H Yahya Kelewedi Ngasinan, Kebasen. Istri pertama ini kemudian dicerai setelah dikaruniai seorang anak lelaki bernama Ahmad Busyairi (wafat tahun 1953, pada usia sekitar 30 tahun). Ada sebuah cerita unik tentang putera pertamanya ini.
  1. Χοኩякращե ուжθвονиጾሢ
    1. Уд υμ
    2. Э χևհեηοծቾ οզаቂо
  2. Ючεвը ощолεп ι
    1. Θзоγиб аψичυմቩծеֆ
    2. Ժኼςαփесաሷι ፃω иχ
KyaiHaji Yahya Cholil Staquf Yahya Cholil Staquf serves as General Secretary of the Nahdlatul Ulama (NU) Supreme Council. As the world's largest Muslim organization—with
Istripertamanya adalah Nyai Hajjah Warsiti binti Abu Bakar yang lebih dikenal dengan nama Mbah Johar. Seorang wanita terpandang, puteri gurunya, K. Abu Bakar bin H. Yahya Kelewedi Ngasinan, Kebasen. Istri pertama ini kemudian dicerai setelah dikaruniai seorang anak lelaki bernama Ahmad Busyairi (wafat tahun 1953, pada usia sekitar 30 tahun).
. 334 314 331 429 371 428 385 32

kyai haji ali yahya lasem